Daijōbu Robin (One Piece Fanfiction)
Karya Nourma Pevensie
Ini adalah fanfic yang saya buat sendiri.
Karena ini fanfic pertama yang saya unggah, jadi saya sedikit gugup.
Saya minta maaf jika terdapat banyak kesalahan.
Selanjutnya silahkan enjoy and start reading~
Source : Pinterest
Malam itu,
diatas Sunny Go seorang wanita duduk di ayunan seorang diri. Bulan bersinar terang dan laut begitu tenang. Mata wanita
itu ikut bersinar memandangi bulan tersebut.
“Ah... Semua sudah tertidur. Apa yang harus kulakukan
sekarang?“ Saat itu ia menghela napas dengan berat dan mengigit bibir bawahnya.
Tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya.
“Oi, apa yang kau lakukan disini?“ Ketika kepalanya menoleh, matanya bertemu
dengan sosok lelaki berambut hijau yang berjalan mendekatinya. Zoro rupanya.
“Astaga kau mengagetkanku!“ Wanita itu berseru kecil dan
mundur selangkah.
“Ah Maaf, tapi malam ini aku akan berjaga disini.“ Wanita
itu tersenyum dan mengangguk, lalu ia mulai berjalan ke arah kamarnya.
“Tunggu, Robin!“ Robin menghentikan langkahnya kemudian
kembali menoleh. “Mau kutemani, Zoro?“ Ujar Robin tanpa menghilangkan senyuman
di bibirnya sedetikpun.
Robin yang memang sangat peka itu terkekeh melihat wajah
Zoro tertunduk malu. Tanpa disuruh lagi, Robin kembali ketempatnya duduk,
sementara Zoro mengambil posisi bersandar di pohon sambil menatap lautan.
Menurut Robin aneh sekali tiba-tiba Zoro berjaga di depan Sunny. Biasanya Zoro
selalu berada ditempat latihan nya, atau lebih tepatnya di pos jaga nya.
Tiba-tiba Zoro berkata, “Kalau kau mengantuk, kau boleh
tidur. Tidak perlu memaksakan diri.“ Zoro mulai memejamkan matanya. Berusaha
mencari kesempatan untuk tidur barang sedetik dua detik.
“Aku tidak lagi muda. Mana mungkin mengantuk semudah itu.
Sebaliknya, kau kan masih muda, lebih baik kau saja yang tidur. Jika kau mau,
aku bisa menjaga kapal malam ini.“ Kemudian Zoro tersenyum penuh arti. “Maaf
saja. Pria sejati tak akan membiarkan seorang wanita melindunginya.“
Robin lagi-lagi tersenyum, namun kali ini tampak sedikit
kegelian di wajahnya. Lelaki yang lebih muda darinya itu memang kerap
menganggap dirinya pria sejati, dan Robin akan selalu tersenyum geli setiap
mendengarnya.
Setelah itu,
terjadi keheningan yang cukup lama. Robin memandangi lautan yang begitu tenang
seorang diri, sementara Zoro memejamkan matanya entah ia tertidur atau tidak.
Robin menatap wajah Zoro yang dianggapnya menggelikan itu. Lagi, lagi, dan
lagi, ia tersenyum begitu manis. Perlahan Robin kembali menatap lautan.
Robin akhirnya
membuka suara tak peduli jika Zoro masih bangun atau tidak. Bahkan jika Zoro
tidur maka lebih bagus. Robin hanya ingin menyampaikan apa yang dirasakannya
sekarang, “Zoro, akhir-akhir ini ada yang mengganggu pikiranku.“
Robin
kembali melanjutkan ceritanya, “Kita telah melewati banyak hal. Sedikit lagi aku akan mencapai ambisiku. Dan aku yakin
sebentar lagi Luffy pun akan mencapai mimpinya. Lalu setelah itu semua terjadi,
apa? Akankah kita masih bersama-sama? Atau akankah kita berpisah dan memulai
jalan masing-masing?“ Mata Robin terlihat sendu. Yah baru kali ini Robin
menunjukkan hal yang dia rasakan. Selama ini Zoro selalu mengenal Robin sebagai
orang yang tenang dan bijak, namun ternyata hal seperti itu bisa juga berada
dipikiran Robin.
Zoro
membuka matanya dan menatap Robin disampingnya. Sambil tersenyum sinis, ia
berkata, “Maaf saja, keberadaanku dikapal ini bukan untuk melihat kapten
menjadi raja bajak laut, tapi kita disini untuk melihat semua teman-teman kita
mencapai mimpi-mimpi mereka. Jadi menurutku, sebelum kita semua mencapai mimpi
kita, kita tak akan berpisah.” Zoro berhenti sesaat memikirkan apa yang hendak
dikatakannya dengan hati-hati.
Kemudian ia
melanjutkan, “Kita belum menemukan all
blue si Alis Keriting. Lalu walaupun
impian Usopp dan Franky telah terwujud, kita belum bisa melihat peta dunia
milik Nami. Chopper pun belum bisa menyembuhkan segala penyakit. Bahkan jika
impian Jinbei tewujud, kita masih harus mengantarkan Brook pada Laboon.”
Robin tersentak mendengar jawaban yang tak disangka-sangka
itu.
“Memangnya kau tidak penasaran dengan bagaimana bentuk
Laboon?- Makanya, berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak. Perjalanan kita
masih panjang, tugas kita hanyalah menikmati waktu yang diberikan pada kita
sekarang ini.“
Kemudian Zoro kembali menatap Robin tepat dimatanya.
“Jika kau mau, setelah semua ini berlalu. Kau boleh memintaku tetap
disampingmu.“ Namun setelah mengatakan itu, Zoro lagi-lagi menundukkan
kepalanya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memanas itu. Sementara Robin
tertawa sambil menutupi rasa terkejutnya.
“Kau tak boleh
lupa ya. Suatu saat, aku
akan menagihnya! Robin menepuk-nepuk bahu Zoro yang sedang menyembunyikan
wajahnya.
***
“Woaaahhhhh MUARIMOOOO!!!“ Zoro tersentak dari tidurnya
mendengar suara Sanji yang terasa begitu dekat.
“Berisik! Alis keriting sialan!“ Ketika hendak bangun
dari tidurnya, ia baru sadar bahwa ada kepala yang bersandar dibahunya. Robin!
“Brengsek! Bisa-bisanya kepala Robin-Chwan yang manis itu
bersandar dibahumu!“ Mata Sanji yang mengkilap-kilap itu membuat Zoro geram. Di
hari biasa saja Zoro sangat jengah dengan keberadaan nya, apalagi saat ini
Sanji lah orang pertama yang dilihatnya setelah bangun tidur. Ingin sekali
rasanya menebas mulut si alis keriting itu!
“Shi.. shi.. shi.. Zoro, kupikir kau menjaga Sunny.
Rupanya kau mengajak Robin juga ya.“ Gelak tawa sang kapten itu malah semakin
membuat Zoro geram.
Robin diam-diam mengintip dari celah kecil di kelopak
matanya. Sebenarnya ia sudah bangun dari tadi, hanya saja ia ingin sedikit
menjahili Zoro.
“Oi... Bangun! Oi!“ Zoro mengguncang-guncang bahunya
untuk membangunkan Robin. Namun Sanji langsung memanas melihatnya. “Sialan!
Hentikan! Robin-Chwan itu harus diperlakukan dengan lembut!“ Sanji kembali
mencaci Zoro disana.
“Hei... sudahlah, kalian ini seperti anak kecil saja.“
Ujar Usopp sambil berjuang menahan Sanji yang hendak menendang Zoro.
“Yoho...
Yohohoho... Pemandangan yang indah sekali ya..“ Brook si tengkorak malah makin
memanas-manasi mereka dengan alunan musik dari biola kesayangannya.
Sementara itu didepan Sunny, Jinbei dan Franky sedang
asik bermain catur dengan Chopper sebagai pengawasnya. Melihat itu semua, Luffy
sang kapten bergelantungan di tiang-tiang kapal sambil tertawa gembira.
“BERISIIIIIKKKKK!!!!!!!“ Nami yang tengah fokus
membuat peta pun akhirnya berteriak geram sambil memukul-mukul meja.
Begitulah hal-hal normal yang terjadi diatas Sunny pada
pagi hari. Selanjutnya, petualangan apa lagi yang menanti mereka?
Komentar
Posting Komentar