Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

We are the B

B. Kau tahu apa itu B? Ya, B adalah huruf kedua setelah huruf A. B tidak dibawah, tetapi ia tidak bisa menjadi yang teratas. B adalah nomor 2, sedangkan A adalah nomor 1. B, kami adalah B. Yang selalu menatap punggung A dan berharap bisa menjadi A. Tapi, apapun yang terjadi, kami tetaplah B. Kami tidak tahu mengapa kami bisa dalam posisi ini? Tapi kami tahu ini bukanlah takdir. Terkadang kami rapuh seperti arang, yang tinggal menunggu menjadi abu.   Tapi kami masih memiliki mimpi, mimpi   yang ingin kami capai suatu hari nanti. Mimpi menjadikan kami lebih kuat. Kami tidak akan menyerah. Orang berkata kami tetaplah B, walaupun pada dasarnya kami tidak memiliki bakat, kami akan berjuang, karena kerja keras selalu mengalahkan bakat. Bakat adalah suatu keistimewaan dalam dirimu, sedangkan kerja keras adalah usaha yang kau buat demi mencapai tujuanmu. Walaupun kau punya bakat, tetapi kau tidak bekerja keras, bakatmu akan hilang dan terkubur. Begitupun sebaliknya, itulah hukumnya.

Congratulation, You're So Amazing!

       "Apakah aku bisa mengambil sebuah keputusan?"        "Keputusan apa? Aku tidak mengerti?"        "Bisakah kita beristirahat sebentar?"        "Apa?!" ***    Tzuyu berlari mengejar bus terakhir yang akan mengantarnya pulang. Ia menyesal telah tertidur sebentar di halte, padahal sudah malam, dan akibatnya ia hampir ketinggalan bus terakhir. Tzuyu mengambil kursi paling belakang, agar dapat kembali melanjutkan tidurnya yang tertunda dengan nyaman. Namun ia melihat seseorang yang sepertinya tak asing baginya.        "Shinwa-" Ujar Tzuyu dengan memicingkan mata dan menjuk jarinya ke arah orang tersebut.        "Ohh Tzuyu, apa yang kau lakukan disini?" Shinwa menjawab dengan senyuman khas nya. Seraya menyuruh Tzuyu mengambil kursi disebelahnya.        "Tentu saja aku akan pulang. Kau sendiri? Sudah lama aku tak melihatmu. Padahal kau berjanji, ketika kita sudah SMA, kita akan saling menghubungi walaupu

Siapa Wanita Terhebat?

       Suatu hari, aku melihat. Melihat apa yang ingin kulihat. Aku menatap dunia yang ada di hadapanku. Aku menatap butiran air yang mengalir dari sebuah mata. Aku menatap bibir yang tersenyum dari seorang wanita. Hari itu aku belum bisa berpikir. Aku ingin berbicara, tentang dimana aku? Siapa aku? Tapi yang keluar hanyalah tangisan. Dan aku disuguhkan cairan putih yang sangat lezat, atau bahkan minuman terlezat yang pernah ada. Rasanya luar biasa, sehingga aku pun terlelap.        Aku sudah berumur satu tahun. Badanku sudah bisa aku gerakkan dan mengikuti apa yang aku mau. Contohnya, telungkup. Setiap hari wanita yang tersenyum sekaligus menangis disaat aku lahir menggendongku. Ia menimang dengan sayang. Terkadang ia juga mengajakku berbicara, tetapi aku tidak mengerti, sehingga nada lembutnya membuatku senang dan tertawa. Ketika umurku menjadi dua tahun, kaki ku mulai bergerak untuk menopang tubuhku. Rasanya berat sekali saat pertama mencoba. Tapi wanita itu menuntunku dengan kasi