Perempuan Tangguh?
Karya : Nourma Pevensie
Source : Pinterest |
Katanya bandara merupakan tempat yang penuh dengan air mata. Yang ditinggalkan
akan menangis dan yang bertemu kembali juga akan menangis. Suasana itu adalah
suasana haru khas bandara yang sudah di maklumi oleh setiap orang. Namun
seorang gadis kecil berambut merah yang menangis sendirian disana malah membuat
orang lain terheran-heran, bahkan ada yang memandangnya dengan jijik. Gadis itu
merasa tertekan dan ketakutan. Biar bagaimanapun, anak kecil tak seharusnya
sendirian didalam bandara.
Seorang petugas bandara menghampirinya. “Apa yang
terjadi? Dimana orang tuamu?” Ujar si petugas.
Nada
bicaranya terkesan tak ramah dan terburu-buru, sehingga gadis itu malah
mengeraskan volume tangisannya. Si petugas yang kesal pun meninggalkan gadis
itu, berharap ada orang yang lebih sabar yang menemukannya. Ditinggal begitu
saja, membuat tangisannya semakin dan semakin keras. Gadis itu hanya menangis
ditemani payung merah dan sebuah koper kecil yang berisi pakaian-pakaiannya. Ia terduduk dan
tetap menangis menatap sepatunya. Ingatan terakhir gadis kecil itu ialah sang
ibu yang membawanya ke bandara. Mengapa ibunya pergi tanpa dirinya?
Tahun demi tahun berlalu. Gadis berambut merah itu telah
tumbuh menjadi seorang perempuan. Ia menjalani hidup kerasnya seorang diri.
Pengalaman buruknya di bandara membuatnya menjadi pribadi yang tangguh dan
pantang menyerah. Setiap minggu, pada hari yang sama dan waktu yang sama, ia
selalu disana, berdiri ditempat dimana ibunya meninggalkan dirinya menangis.
Ditempat yang membuatnya harus bertahan hidup sendiri diusianya yang belia.
Ditempat yang tak ingin ia kunjungi sama sekali.
Ia hanya
ingin, hanya ingin satu permintaan. Bertemu sang ibu demi menanyakan sebuah
alasan. ‘Mengapa?’. Ia tak ingin meminta
ibunya memungut dirinya lagi, ia tak ingin tinggal bersama ibunya, bahkan ia
tak ingin memakan makanan dari ibunya. Ia hanya ingin bertemu dan bertanya,
setelah itu ia mungkin akan meninggalkan ibunya, persis seperti ibunya meninggalkan
dirinya. Dan setiap mengunjungi tempat itu, ia selalu meneteskan air mata,
bukan air mata kesedihan, melainkan air mata kemarahan. Mungkin saat ibunya
datang nanti, ia tak akan dikenali, maka ia selalu membawa koper kecil dan payung merah yang
dulu juga menemaninya saat ia menangis seorang diri.
Sampai saat itu tiba, ia akan terus menunggu. Mungkin
ibunya sudah lupa, sudah tua, sudah tak bisa berjalan, atau bahkan sudah tak
ada didunia ini. Namun selama ia masih bernapas, ia akan terus berdiri disana.
Perempuan tangguh harus begitu bukan?
Image Source : Here
Komentar
Posting Komentar