Note 2

Salah satu temanku ada yang berkata padaku, "Jika kau mensyukuri apa yang kau punya, maka kau akan bahagia." Tidak persis seperti itu, tapikira-kira begitulah katanya. Dan dari situ aku berpikir, "Benarkah?" Lalu aku menemukan sebuah jawaban. Manusia memiliki perasaan yang merupakan karunia Tuhan. Bukan main-main Dia menciptakan milyaran perasaan pada setiap manusia. Tuhan ingin manusia merasakan baik buruk, pahit manis, terang gelap, sakit sehat, dan puluhan atau bakan ratusan rasa di dunia ini. Aku hanya ingin mengatakan bahwa Tuhan menciptakan perasaan dalam diri manusia untuk merasakah kesedihan dan kebahagiaan. Mungkin kita selalu senang memikirkan kebahagiaan, tapi jika kesedihan datang, kita tidak bisa mensyukurinya. Tidak sanggup diri ini menghadap Tuhan untuk pura-pura bahagia, padahal hati sedang sedih. Karena Tuhan itu Maha Tahu.

Aku memiliki cerita, tentang seorang gadis yang akhir-akhir ini selalu merasa hidupnya tidak berguna. Apa yang dilakukannya selalu salah, bahkan dimatanya sendiri, dan hari-harinya penuh dengan kemurungan. Dia adalah temanku, begitu aku menyebutnya. Dia dulu selalu ceria. Tapi sejak ia mulai bekerja, pekerjaan itu tiada habisnya. Dari yang tadinya selalu bersama saat akhir pekan, menjadi sibuk didepan komputernya. Padahal sebentar lagi kami akan pindah kerja sama-sama, tapi kelihatannya hanya dia yang paling sibuk. Aku tidak tahu apakah dia mendapat pekerjaan tambahan atau mengapa, tapi aku benci melihat dirinya selalu murung setiap aku datang ke mejanya.

Ada saat dia sedang menyendiri. Aku terus memandangnya tanpa beranjak dari tempat dimana aku duduk. Dia memasang headphone ditelinganya dan terus menatap smartphone nya. "Apakah dia sedang bekerja? Atau malah refreshing?" Aku ingin menghampiri tapi takut mengganggu. Akhirnya aku hanya menatapnya saja. Tapi tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Apakah ia sedih? Atau sedang terharu? Jangan-jangan ia sedang menonton. Temannya yang lain menghampiri teman ku. Tampak olehku bahwa ia mengalihkan pandangannya. Oh, aku rasa dia menangis, bukannya terharu atau apa. Ia segera menghapus air yang mengalir dari matanya. Lalu temanku itu menatap temannya dengan ceria, bahkan tertawa. Apakah perasaan seseorang bisa terbolak-balik dengan cepat seperti itu? Aku malah menjadi simpati dengannya. Beberapa saat kemudian aku melihat temannya temanku pulang dan meninggalkan temanku seorang diri. Aku bingung, jam kerja seperti ini, mau kemana mereka? Setelah itu temanku berjalan tak tentu arah kesana kemari. Tapi satu hal yang pasti, saat ia melihat berbagai atasannya yang akan melewatinya, ia langsung kembali duduk dimejanya untuk menghindari mereka.

Tapi saat ini temnaku itu berjalan bolak-balik didepanku. Aku yang merasa sebagai temannya, kemudian memanggilnya untuk duduk disampingku. Lalu aku menceritakan beberapa film yang kurasa bagus untuk ditonton, karena aku tahu dia juga suka menonton film. Tapi pandangan matanya kosong, walaupun ia menanggapi perkataanku. Saat aku bertanya, "Kau tidak apa-apa?" Ia berkata, "Tidak." Kemudian matanya kembali berkaca-kaca. Ia menyandarkan kepalanya di pundakku, sementara aku tidak tahu harus berkata apa hanya diam dan mengambil smartphoneku. Temanku itu menutup kepalanya dengan sweater. Tak lama kudengar isak tangis diatas pundakku. Aku hanya mengela napas kecil sambil memikirkan, kira-kira apa yang membuat temanku begitu murung akhir-akhir ini? Setelah temanku mengangkat kepalanya dan mengapus seluruh air matanya, is berkata apakah sangat jelas bahwa ia habis menangis? Aku mengatakan ya. Lalu aku melanjutkan, "Kalau boleh kuberi saran, menangislah sampai kau lelah. Menangis sampai rasa lelah itu mengalahkan lelahnya hatimu." Tapi ia hanya tersenyum dan berkata bahwa itu sudah cukup dan berterimakasih kepadaku sambil tertawa. Aku cukup sedih melihat ia harus memasang wajah ceria didepan semua orang walaupun perasaannya sedang sedih.

Kemudian aku memberanikan diriku untuk bertanya, "Ada apa?" Ia menggeleng cepat. Ia mengatakan hal ini tidak terlalu penting untuk dijadikan beban oleh beberapa orang. Tapi hal ini sangat menyiksa bagi temanku. Menurutku emosi seseorang memang berbeda-beda, dan tidak apa-apa kalau sedih sesekali, karena Tuhan menciptakan perasaan untuk merasakan kesedihan dan kegembiraan. Lalu aku mengatakan, "Kalau kau sudah bekerja samapai melupakan Tuhan, cepat putar arah jalanmu. Kembali kepersimpangan dimana kau harus menentukan jalanmu, dan pilihlah jalan menuju Tuhan, karena disana kau bisa berjalan dengan kecepatan kilat untuk mencapai tujuanmu. Terkadang Tuhan memang tidak memberi kemudahan, tapi ia memberikan keringanan dalam hati seseorang, agar hatinya selalu menyetir dalam perasaan bahagia, hingga tidak terasa kau sudah sampai pada tujuan."

Dan kulihat ke esokkan harinya, temanku tersenyum dengan ikhlas dihadapan semua orang yang ditemuinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reply 1988 "Drama dengan Cerita Ringan"

IU, Mengingatkan tentang Ibu

We are the B