Siapa Wanita Terhebat?

       Suatu hari, aku melihat. Melihat apa yang ingin kulihat. Aku menatap dunia yang ada di hadapanku. Aku menatap butiran air yang mengalir dari sebuah mata. Aku menatap bibir yang tersenyum dari seorang wanita. Hari itu aku belum bisa berpikir. Aku ingin berbicara, tentang dimana aku? Siapa aku? Tapi yang keluar hanyalah tangisan. Dan aku disuguhkan cairan putih yang sangat lezat, atau bahkan minuman terlezat yang pernah ada. Rasanya luar biasa, sehingga aku pun terlelap.
       Aku sudah berumur satu tahun. Badanku sudah bisa aku gerakkan dan mengikuti apa yang aku mau. Contohnya, telungkup. Setiap hari wanita yang tersenyum sekaligus menangis disaat aku lahir menggendongku. Ia menimang dengan sayang. Terkadang ia juga mengajakku berbicara, tetapi aku tidak mengerti, sehingga nada lembutnya membuatku senang dan tertawa. Ketika umurku menjadi dua tahun, kaki ku mulai bergerak untuk menopang tubuhku. Rasanya berat sekali saat pertama mencoba. Tapi wanita itu menuntunku dengan kasih. Ia mengulurkan tangan halusnya dan memegang erat tanganku. Dan kini aku sudah bisa berjalan sendiri. Aku sempat bertanya-tanya, siapa wanita yang selalu ada disampingku ini? Mengapa ia selalu membantu ku? Beberapa hari kemudian, wanita itu menunjuk dirinya sendiri dan berkata, “Ibu.” Aku tidak paham dengan apa yang dikatakannya. Seperti biasa, aku hanya tertawa.
       Tahun ketiga yang kujalani, aku sudah bisa berlari. Aku mulai nakal dan sedikit berbicara. Aku mulai memanggil wanita yang selalu membantuku itu dengan kata ‘ibu’. Dan ibu selalu tersenyum saat aku mengucapkannya. Setiap pagi aku diberinya makanan lembek yang enak. Lalu siang hari ia berdiri di belakang api. Sorenya ia duduk membungkuk, mencelupkan baju-baju kedalam ember. Dan malamnya, ia menemaniku sampai aku tertidur.
       Sekarang adalah tahun ke lima belas yang ku jalani. Ibu, wanita yang ada dibalakangku. Ketika aku menoleh ke belakang, ia membentakku dan menyuruhku menatap kedepan. Padahal aku ingin melihat ibu, tapi ibu tidak ingin aku seperti itu. Ibu ingin aku memulai semuanya dengan mandiri. Ibu ingin aku tidak lagi bergantung dengannya.
Ketika aku menangis, ibu berkata, “Jangan cengeng!”
Ketika aku marah, ibu berkata, “Jangan mudah emosi!”
Ketika aku melakukan sesuatu, ibu selalu berkata, “Jangan, jangan JANGAN!”
Aku tidak tahu kemana wanita yang selalu ada disampingku? Mengapa ia sekarang dibelakangku? Apakah ibu sudah berhenti?
Tapi tak ada yang menjawabnya. Aku melihat semua yang ibu lakukan kepadaku. Dari saat aku kecil dulu. Dan ketika menulis ini, aku sadar. Aku menemukan jawab yang selama ini aku cari.
Jawabannya adalah, “Karena ibu, sayang padaku.”
Ibu hanya tidak ingin aku menjadi manusia lemah yang bergantung pada orang lain. Ibu ingin aku menjadi kuat, bahkan tanpa ibu disampingku. Ibu berjalan menjauh ke belakang karena ibu ingin melihat apa yang bisa kulakukan tanpanya. Dan ibu berkata ‘jangan’ agar aku bisa memilih apa yang benar.
       Dialah wanita terhebat yang pernah kulihat. Ibu.

Semoga ibu akan bahagia melihatku nanti. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reply 1988 "Drama dengan Cerita Ringan"

IU, Mengingatkan tentang Ibu

We are the B